Bus antarkota antar provinsi (AKAP) yang selama ini melayani trayek dari dan ke Terminal Lebak Bulus menyatakan siap meninggalkan terminal jika pemerintah menyediakan terminal pengganti di wilayah Jakarta Selatan.
Demikian tanggapan mereka atas pernyataan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bahwa stasiun mass rapid transit (MRT) tetap akan dibangun kendati penutupan Terminal Lebak Bulus ditunda. Para pengelola perusahaan otobus (PO) tidak mau dipindahkan operasional ke Terminal Pulo Gadung, Kalideres dan Kampung Rambutan karena PO yang beroperasi di tiga terminal menolak kepindahan bus dari Lebak Bulus yang dikhawatirkan mengganggu.
Menurut mereka, terminal pengganti tidak perlu seluas Lebak Bulus, asal cukup untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, juga dilengkapi loket tiket dan toilet umum. "Siapkan dulu infrastrukturnya, seperti loket tiket, toilet, ruang tunggu untuk penumpang, dan tempatnya layak, kami siap pindah," kata pengurus PO Dieng Indah Heri Sutisna, 40.
Sambil menunggu terminal pengganti, seluruh PO tetap mengoperasikan armada mereka di Terminal Lubuk Lubus kendati hanya sebagian dari jumlah biasanya. Loket penjualan tiket yang sempat ditutup sebagai protes atas rencana penutupan terminal, telah dibuka kembali.
Menurut Heri, dalam dua hari terakhir bus yang beroperasi hanya sekitar 200 unit dari 80 PO yang ada di Lebak Bulus. Padahal dalam kondisi normal, jumlah Bus AKAP mencapai 240 unit per hari. "Hari ini ada 200 bus yang jalan, tapi penumpangnya tidak penuh," terangnya.
Hal senada dikatakan pengurus PO Pahala Kencana Sujarwo, 41. Menurutnya, armada bus miliknya belum bersiap-siap untuk pindah ke tiga terminal rujukan pemerintah.
Namun, bus yang beroperasi di Terminal Lebak Bulus kini hanya 12 unit dari biasanya 15 unit. "Setiap bus hanya terisi sekitar 20 penumpang, atau separuhnya" ujarnya.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Azaz Tigor Nainggolan dalam dialog dengan pengurus PO Terminal Lebak Bulus mengusulkan Terminal AKAP Lebak Bulus menjadi terminal transit yang terintegrasi dengan stasiun MRT. Menurutnya, usulan itu merupakan yang terbaik agar pengurus PO dan pedagang tetap bisa mencari nafkah di stasiun MRT. Area yang diperlukan untuk operasional bus AKAP tidak perlu terlalu luas.
Ia pun memahami permintaan para pengurus PO agar terminal pengganti tidak jauh dari Terminal Lebak Bulus. Namun, terminal pengganti itu sebaiknya hanya dijadikan tempat transit untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, tidak untuk menunggu penumpang (mengetem). "Tawaran itu dulu yang harus disepakati PO. Teknisnya kita bisa urus belakangan," terangnya.
Selain itu, ia juga mengusulkan solusi yang lebih efesien dan cepat, yaitu Bus AKAP bergabung di terminal dalam kota. Namun konsekuensinya, PO harus membayar sewa pul sendiri. Semua usulan, rumusan, dan hasil pertemuan sudah disepakati seluruh pengurus PO dan akan disampaikan kepada Gubernur.
Sumber Media Indonesia, 9 Januari 2014.
13.50
0 comments:
Posting Komentar